PEDOFILIA

Kemarin (17/3) aku mendengar tentang penangkapan pelaku pedofil. Pertamanya sih aku gak begitu ngeh, soalnya aku cuma denger temanku mutar dari youtube. Ketika aku asyik scroll instagram (yang kebetulan ada akun infotainment), dan aku menemukan pemberitaan tentang pedofil. Baca baca baca, searching di internet, Oh My God! Seketika keluarlah air dari mata.
Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Cuma itu yang ada dibenakku.
Ya Allah bisa ya ada orang seperti itu. Asli sedihnya gak ketulungan.

Sebelum aku jelasin tentang pemikiranku, alangkah baiknya kalian tau dan paham dulu apa itu pedofilia. Menurut Wikipedia, Pedofilia didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih muda, walaupun pubertas dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih muda dalam kasus pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan sebagai pedofilia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Pedofilia)
Atau lebih baik kalian coba search di internet aja deh, untuk definisi, gejala dan sebagainya, aku gak mau kalian cuma percaya dari satu sumber berita aja.

Menurut ku, pedofilia itu adalah sebuah penyakit. Penyakit jiwa! Yang kudunya udah sakaratul maut tuh orang (astagfirullah maap keceplosan). Dan menurutku lagi, pedofilia itu 11 12 sama LGBT, sama- sama penyakit. Kalo ada yang bilang itu udah kodrat, otaknya mungkin perlu di laundry. Yang namanya penyakit pasti ada obat penawarnya, selama ada kemauan untuk berubah. Inget ya, selama ada kemauan untuk berubah. Kalo gak ada ya wasalam.

Hai para pedofilia yang otaknya perlu di laundry, sadar gak sih kalian udah merusak masa depan anak- anak itu. Fisik dan mental kalian rusak. Luka fisik mudah sembuhnya, tapi untuk mental itu yang akan selalu membayangi. Kalo kalian gak punya masa depan gak usah bawa anak orang jadi madesu (masa depan suram) juga lah. Dan gak menutup kemungkinan kan, kalo dimasa depan si korban bakal menjadi bibit pedofil yang lebih jahat. Atau jangan- jangan masa kecil kalian diperlakukan seperti itu, makanya sekarang balas dendam?

Pernah aku baca statement seseorang di twitter, yang katanya dia menolak pedofilia tapi isi tweetnya membela pedofilia. Dia mengatakan, kalo pedofilia itu harus diberi ruang dengan LGBT. Dan menurutnya, apa yang dilakukan itu berdasarkan cinta. Bagaimana mungkin anak tk atau sd akan melakukan yang diperintah kan pedofilia kalo tak berdasarkan rasa suka atau cinta.

Hey bintang laut, gak pernah TK atau SD ya? Yang namanya masa TK atau SD adalah masa anak kecil butuh perhatian ekstra. Senang bermain. Senang diperhatikan. Butuh tempat untuk merasakan kenyamanan. Memiliki rasa penasaran yang besar. Suka coba- coba. Pada awalnya para pedofil pasti melakukan sesuatu yang membuat anak- anak tersebut tertarik kan? Hingga si anak merasa dekat dan nyaman, baru si pelaku pedofil beraksi. Dan melihat pengakuan dari pelaku pedofil, biasanya mereka cari anak yang tinggal didaerah kampung (anak kampung kumuh biasanya minus perhatian orangtua) atau yang udah kenal dekat kan? Seperti paman dengan keponakannya atau sepupu (which is itu sebenarnya bukan mahram)
Anak TK dan SD rasa cinta atau sayangnya itu ke kakak atau orang tua. Kalo ke lawan jenis, aku yakin itu bukan cinta tapi rasa suka atau kagum. Jadi masih bisa menyimpulkan kalo itu cinta dan masih membela keberadaan pedofilia, wahai bintang laut?

Ini juga jadi pembelajaran untuk para orangtua. Jika si anak udah mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orangtua, yakin deh mereka gak bakal termakan bujuk rayu makhluk tak berotak. Serius deh, kasih sayang dan perhatian itu yang dibutuhkan anak- anak. Dan pendidikan agama itu tolong banget dipelajari, dipahami, diajarkan, diterapkan. Segala perintahNya dan laranganNya dibuat bukan semata- mata untuk hiasan, tapi juga kudu diaplikasikan.


P.S : Semoga keluarga, saudara dan kerabat kita dijauhkan dari makhluk jahat yang akal pikir dan perasaannya entah berserakan dimana.

Komentar